Langkah-Langkah Penerapan Segitiga Restitusi dalam Pendidikan

langkah-langkah penerapan segitiga restitusi

Segitiga restitusi atau restitution triangle adalah konsep yang dirancang oleh Diane Gossen dalam bukunya “Restitution; Restructuring School Discipline” (2001). Konsep ini bertujuan untuk memfasilitasi proses restitusi atau pemulihan bagi anak yang melanggar aturan dengan cara yang menghormati martabat mereka sebagai individu. Artikel ini akan menguraikan tiga sisi penting dari segitiga restitusi beserta langkah-langkah penerapan segitiga restitusi dalam konteks pendidikan.

Langkah-Langkah Penerapan Segitiga Restitusi:

1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)

Langkah pertama dari segitiga restitusi adalah menstabilkan identitas anak yang terlibat dalam pelanggaran. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengubah persepsi anak dari seorang yang gagal karena kesalahan yang dilakukan menjadi individu yang mampu sukses dan belajar dari kesalahannya.

Strategi untuk Menstabilkan Identitas:

  • Mengubah Narasi Negatif: Guru atau orang dewasa terlibat dapat membantu anak dengan mengubah narasi negatif yang mungkin dirasakan anak tentang dirinya sendiri. Ini dapat dilakukan dengan menyampaikan pesan-pesan positif seperti:
    • “Berbuat salah itu tidak apa-apa.”
    • “Tidak ada manusia yang sempurna.”
    • “Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.”
    • “Kita bisa menyelesaikan ini bersama.”
  • Fokus pada Solusi: Alih-alih menyalahkan atau mengkritik, fokus diletakkan pada mencari solusi bersama untuk memperbaiki situasi.
  • Memahami Emosi: Mengakui dan mengelola emosi anak adalah langkah kunci dalam menstabilkan identitas mereka, karena ketika emosi sedang tinggi, anak sulit untuk berpikir secara rasional atau reflektif.

2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior)

Langkah kedua dari segitiga restitusi adalah memvalidasi tindakan yang salah yang dilakukan anak. Ini tidak berarti mendukung atau membenarkan pelanggaran aturan, tetapi lebih kepada memahami alasan atau kebutuhan yang mendasarinya.

Strategi untuk Validasi Tindakan yang Salah:

  • Pemahaman atas Tujuan Tindakan: Guru harus mencoba memahami tujuan atau kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh anak melalui tindakannya, meskipun itu tidak sesuai dengan aturan sekolah.
  • Menggunakan Bahasa Tanpa Menyalahkan: Mengungkapkan pemahaman tanpa menghakimi dapat membantu anak merasa didengar dan dipahami. Contoh kalimat yang bisa digunakan:
    • “Saya mengerti bahwa kamu merasa perlu melakukan hal ini.”
    • “Kamu berusaha mempertahankan atau melindungi sesuatu yang penting bagimu.”
  • Mendorong Refleksi Positif: Memberikan ruang bagi anak untuk merenungkan tindakannya dengan cara yang tidak memperburuk rasa bersalah atau memperkuat identitas kegagalan.

3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

Langkah terakhir dari segitiga restitusi adalah menanyakan keyakinan atau nilai-nilai yang diyakini oleh anak. Setelah identitas stabil dan tindakan yang salah divalidasi, anak dapat dibimbing untuk menghubungkan perilaku mereka dengan nilai-nilai positif yang diinginkan.

Strategi untuk Menanyakan Keyakinan:

  • Mengaitkan dengan Nilai Bersama: Guru dan anak dapat berdiskusi untuk menemukan nilai-nilai yang dijunjung bersama dalam kelas atau keluarga.
  • Menggambarkan Gambaran Masa Depan: Membantu anak untuk membayangkan diri mereka sebagai individu yang sukses dan bertanggung jawab, sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini.
  • Menjaga Fokus pada Perkembangan Positif: Mendorong anak untuk tetap fokus pada perbaikan dan perkembangan positif menuju cita-cita mereka.

Dampak Positif dari Segitiga Restitusi

Penerapan langkah-langkah penerapan segitiga restitusi tidak hanya membantu dalam menangani perilaku yang melanggar aturan, tetapi juga memiliki dampak positif yang luas dalam lingkungan pendidikan:

  • Pembelajaran dari Kesalahan: Anak diajarkan untuk belajar dari kesalahan mereka dengan cara yang membangun daripada merusak.
  • Penguatan Hubungan: Hubungan antara guru dan siswa diperkuat melalui komunikasi yang terbuka dan pengertian bersama.
  • Peningkatan Keterampilan Sosial-Emosional: Anak belajar untuk mengelola emosi mereka secara konstruktif dan menemukan cara-cara yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan mereka.
  • Pengembangan Sikap Positif: Mendorong perkembangan sikap-sikap seperti tanggung jawab, empati, dan penyelesaian masalah yang efektif.

Kesimpulan

Segitiga restitusi adalah pendekatan yang kuat dalam membangun kembali hubungan dan menangani pelanggaran aturan dengan cara yang mendukung perkembangan positif anak. Dengan menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan anak, pendidik dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa. Penerapan langkah-langkah penerapan segitiga restitusi ini tidak hanya berdampak pada perbaikan perilaku, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan pribadi dan akademis yang berkelanjutan.

Dengan demikian, segitiga restitusi bukan hanya sebuah alat disiplin, tetapi juga merupakan pendekatan holistik untuk mendukung pertumbuhan dan pembelajaran siswa di sekolah.